Jumat, 17 Januari 2014

Yesus Singa dari Yehuda

Singa adalah gambaran daripada Kristus Yesus = SINGA YEHUDA
= Singa merupakan gambaran atas apa yang mau terjadi dalam hidup kita
= Singa menunjukkan karakter kerajaan (royal character), bila tidak punya karakter kerajaan akan mengacaukan banyak hal.
= Singa dengan keberadaannya saja (aumannya), semua binatang yang lain tahu kalau itu singa (sehingga singa tidak perlu kartu nama untuk published diri)
Bagaimana karakter seekor singa ?

1.     Ayub 4 : 11 ‘ Singa binasa karena kekurangan mangsa, dan anak-anak singa betina bercerai-berai ‘
Bila Kristus Yesus adalah singa Yehuda, maka orang yang lahir baru dan menjadi anak Allah adalah singa juga (merupakan bagian / keluarga dari singa Yehuda).

Nature-nya singa : singa binasa (Ibrani = sesat) karena kekurangan mangsa

Bila singa tidak sedang berburu = kehabisan mangsa, maka aka nada kesesatan / kebinasaan.
Singa akan saling membinasakan bila tidak ada buruan lagi.
Bila kita anak Tuhan hanya kumpul-kumpul dan tidak berburu, ini awal kesesatan, yang mengakibatkan kelumpuhan rohani, dan lunglai.

Kita harus berburu jiwa-jiwa sampai terjadi kegerakan
Bila dibiarkan, maka sifat nature singa akan hilang, menjadi lumpuh dan lunglai
Kita dilahirkan oleh penebusan singa Yehuda (Yesus).

2.     Bilangan 23 : 24 ‘ Lihat, suatu bangsa, yang bangkit seperti singa betina, dan yang berdiri tegak seperti singa jantan, yang tidak membaringkan dirinya, sebelum ia memakan mangsanya dan meminum darah dari yang mati dibunuhnya. ‘

Nature-nya singa : tidak bisa berbalik bila belum menghabisi mangsa

Bila singa sudah puas sebelum menangkap mangsa / habis passion untuk jiwa-jiwa / berhenti berburu, berarti singa tersebut sudah mau mati (lonceng kematian berbunyi).
Selama kita (singa) masih hidup, sudah nature-nya untuk memenangkan jiwa-jiwa.

3.     Amsal 30 : 30 ‘Singa, yang terkuat di antara binatang, yang tidak mundur terhadap apapun. ‘

Nature-nya singa : terkuat, kuncinya : focus

Singa di sirkus bisa ditundukkan bukan karena cemeti dari pawang singa, tetapi karena kursi berkaki empat yang dipegang oleh pawang singa. Saat singa dilatih, kaki kursi itu dihadapkan ke singa, yang mengakibatkan singa yang melihat ke-empat kaki kursi itu menjadi bingung karena dikiranya ada empat obyek di sana, ia kehilangan fokus, sehingga kebingungan dan menjadi lemas.

Sebagai anak Allah (singa), jangan biarkan kita kehilangan fokus kita, jangan biarkan fokus kita dalam mencari jiwa dipecah oleh iblis. Bila fokus kita pecah akan mengakibatkan kekacauan dalam hidup kita.
Tetap fokus kita ke Tuhan !

4.     Nahum 2 : 11-12 ‘ Di mana gerangan persembunyian singa dan gua singa-singa muda, tempat singa pulang pergi, tempat anak singa, di mana tidak ada yang mengganggunya ? Biasanya singa itu menerkam supaya cukup makan anak-anaknya, mencekik mangsa bagi betina-betinanya, dan memenuhi liangnya dengan terkaman. ‘

Nature-nya singa : bergerak dalam suatu komunitas

Singa itu binatang yang bersifat family.
Bila berburu mangsa, yang lari terlebih dahulu adalah singa-singa betina, lalu yang meng-eksekusi mangsa adalah singa jantan, lalu buruan dibawa ke anak-anaknya, dan singa jantan tersebut membagi-bagi buruan untuk makanan keluarganya.
Singa bergerak dalam suatu komunitas, tahu me-manage sesuai bagiannya masing-masing dalam kelompok (komunitas) tersebut. Setiap kelompok punya bagian-bagian yang luar biasa.

Bila ada singa yang terlepas / keluar dari kelompoknya, itu adalah singa-singa yang kalah (loser).
Anak singa juga diajari cara berburu.
Singa bila berburu akan berkelompok, lalu buruan disantap bersama-sama.

Hal ini sama halnya dengan pasangan kerub-kerub yang disediakan Tuhan buat kita, untuk kita bergerak dalam kelompok-kelompok bersama-sama untuk Tuhan.

Jumat, 10 Januari 2014

Apakah serafim itu? Apakah seraf itu malaikat?

Apakah serafim itu? Apakah seraf itu malaikat?

Jawaban:
Serafim, “yang bernyala-nyala” adalah makhluk seperti malaikat yang diasosiasikan dengan penglihatan nabi Yesaya akan Allah di Bait SuciNya ketika dia dipanggil untuk pelayanan kenabiannya (Yesaya 6:1-7). Yesaya 6:2-4 mencatat, “Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!" Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap.” Seraf adalah para malaikat yang menyembah Allah secara terus menerus.

Yesaya pasal 6 adalah satu-satunya tempat dalam Alkitab yang secara khusus mencantumkan serafim. Setiap seraf memiliki enam sayap. Mereka menggunakan dua untuk terbang, dua untuk menutupi kaki mereka dan dua untuk menutup wajah mereka (Yesaya 6:2). Serafim terbang di sekitar tahta Allah, menyanyikan pujian sambil memusatkan perhatian pada kemuliaan dan keagungan Allah. Makhluk-makhluk ini kelihatannya juga bertindak sebagai alat penyucian bagi Yesaya saat dia memulai pelayanan kenabiannya. Salah satunya menyentuhkan bara pada bibir Yesaya dan mengatakan, “Kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni" (Yesaya 6:7). Sama seperti malaikat-malaikat kudus lainnya, serafim taat kepada Allah secara mutlak. Sama seperti kerubim, serafim secara khusus memusatkan diri untuk menyembah Allah.

Kamis, 09 Januari 2014

Sekali selamat tetap selamat?

Sekali selamat tetap selamat?

Jawaban:
Begitu seseorang diselamatkan, apakah keselamatannya tetap? Ketika orang datang kepada Kristus sebagai Juruselamatnya, mereka masuk ke dalam hubungan dengan Allah dan ini merupakan jaminan bahwa keselamatan mereka terjamin untuk selamanya. Berbagai ayat Alkitab mengungkapkan hal ini.

(a) Roma 8:30 mengatakan, “Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya” (Roma 8:30). Ayat ini memberitahukan kita bahwa dari sejak saat Allah memilih kita, kita seperti dipermuliakan di hadapanNya di surga. Tidak ada yang dapat mencegah orang percaya dipermuliakan karena Tuhan sudah terlebih dahulu merencanakannya. Sekali seseorang dibenarkan, keselamatannya terjamin, sama terjaminnya seperti dia sudah dipermuliakan di surga.

(b) Dalam Roma 8:33-34 Paulus menanyakan dua pertanyaan penting, “Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?” (Roma 8:33-34). Siapa yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Tidak ada seorangpun, karena Kristus adalah Pembela kita. Siapa yang akan menghukum? Tidak ada seorangpun, karena Kristus, Dia yang telah mati bagi kita, Dialah yang akan menghukum. Kita mempunyai Pembela dan Sang Hakim sebagai Juruselamat kita.

(c) Orang-orang percaya dilahirkan kembali ketika mereka percaya (Yohanes 3:3; Titus 3:5). Kalau orang Kristen kehilangan keselamatannya, itu sama seperti lahir kembalinya dibatalkan. Tidak ada bukti dalam Alkitab bahwa lahir baru dapat diambil kembali.

(d) Roh Kudus mendiami semua orang percaya (Yohanes 14:17; Roma 8:9) dan membaptiskan orang percaya ke dalam Tubuh Kristus (1 Korintus 12:13). Untuk seorang percaya kehilangan keselamatannya, itu berarti Roh Kudus harus dikeluarkan dan orang itu diputuskan dari Tubuh Kristus.

(e) Yohanes 3:15 menjelaskan bahwa barang siapa percaya dalam Kristus Yesus akan “memperoleh hidup kekal.” Jika Anda pecaya kepada Yesus hari ini dan mendapatkan hidup kekal, dan kemudian hilang di hari berikutnya, itu bukanlah hidup “kekal.” Karena itu kalau ada orang kehilangan keselamatannya, janji hidup kekal dalam Alkitab adalah suatu kesalahan.

(f) Argumen yang paling menentukan dikatakan oleh Alkitab sendiri, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 8:38-39). Ingat bahwa Allah yang menyelamatkan engkau juga adalah Allah yang akan memelihara engkau. Sekali selamat tetap selamat. Keselamatan kita terjamin dalam kekekalan.

Pertanyaan-Pertanyaan Mengenai Keselamatan

  1. Apa itu rencana keselamatan?

Mengapa kebangkitan Kristus penting?

Mengapa kebangkitan Kristus penting?

Jawaban:
Kebangkitan Kristus penting adanya karena beberapa penyebab. Pertama, kebangkitan menyaksikan kuasa Allah yang luar biasa dahsyatnya. Mempercayai kebangkitan adalah mempercayai Allah. Kalau Allah itu ada, dan Dia menciptakan alam semesta dan berkuasa atasnya, Dia memiliki kuasa untuk membangkitkan orang mati. Jikalau Dia tidak memiliki kuasa seperti itu, Dia bukanlah Allah yang layak untuk diimani dan disembah. Hanya Dia sang Pencipta hidup yang dapat membangkitkan kembali dari kematian, hanya Dia yang dapat memulihkan dari kengerian kematian, dan hanya Dia yang dapat menyingkirkan sengat yang adalah kematian itu, dan kemenangan dari kubur. Dengan membangkitkan Yesus dari antara kubur, Allah mengingatkan kita kedaulatanNya yang mutlak atas dosa dan kematian.

Kedua, kebangkitan Yesus adalah kesaksian akan kebangkitan umat manusia, yang adalah merupakan ciri dasar dari iman Kristen. Berbeda dengan agama-agama lainnya, keKristenan belaka yang memiliki pendiri yang melampaui kematian dan yang menjanjikan bahwa para pengikutNya juga akan demikian. Semua agama (palsu) lainnya didirikan oleh manusia dan nabi yang semuanya berakhir di dalam kuburan. Sebagai orang-orang Kristen kita mendapat penghiburan dalam fakta bahwa Allah kita menjadi manusia, mati bagi dosa-dosa kita, dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Kubur tidak dapat menahanNya. Dia hidup dan sekarang duduk di sebelah kanan Allah Bapa di surga. Gereja yang hidup memiliki Kepala yang hidup.

Dalam 1 Korintus 15 Paulus menjelaskan secara detil pentingnya kebangkitan Kristus. Beberapa orang di Korintus tidak percaya pada kebangkitan orang mati, dan dalam pasal ini Paulis memberikan enam konsekwensi yang parah kalau tidak ada kebangkitan: 1) pemberitaan akan Kristus tidak ada artinya (ayat 14); 2) iman dalam Kristus tidak ada gunanya (ayat 14); 3) semua saksi dan pemberita kebangkitan adalah pendusta (ayat 15); 4) tidak ada yang akan ditebus dari dosa (ayat 17); 5) orang-orang percaya pada zaman dulu semua binasa (ayat 18); dan 6) orang-orang Kristen adalah orang yang paling dikasihani di seluruh dunia (ayat 19). Namun Kristus yang sudah bangkit dari antara orang mati dan “telah menjadi buah sulung dari semua yang tertidur” (ayat 20), menjadi jaminan bahwa kita juga akan mengikuti Dia dalam kebangkitan.

Firman Allah yang diinspirasikan menjamin kebangkitan orang-orang percaya pada kedatangan Yesus Kristus untuk TubuhNya (Gereja) pada saat pengangkatan orang percaya. Pengharapan dan jaminan semacam ini diungkapkan dalam nyanyian agung mengenai kemenangan yang ditulis oleh Paulus dalam 1 Korintus 15:155, “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"” Bagaimanakah ayat-ayat penutup ini berhubungan dengan pentingnya kebangkitan? Paulus menjawab, “… jerih payahmu tidaklah sia-sia” (ayat 58). Dia mengingatkan kita bahwa karena kita tahu kita akan dibangkitkan kepada kehidupan yang baru maka kita mampu menanggung penganiayaan dan bahaya demi untuk Kristus (ayat 29-31) sebagaimana yang dialami oleh Kristus, dan juga oleh ribuan martir sepanjang sejarah yang dengan senang hati memberikan hidup dalam dunia ini untuk hidup kekal melalui kebangkitan.

Kebangkitan adalah kemenangan agung dan mulia bagi setiap orang percaya dalam Yesus Kristus yang mati, dikuburkan, dan bangkit pada hari ketiga sesuai dengan Kitab Suci. Dan Dia datang kembali! Orang-orang yang mati di dalam Kristus akan dibangkitkan, dan mereka yang masih tinggal dan hidup pada saat kedatanganNya akan diubah dan menerima tubuh baru yang dimuliakan (1 Tesalonika 4:13-18). Mengapa kebangkitan Yesus Kristus penting? Kebangkitan Yesus mendemonstrasikan bahwa Allah menerima pengorbanan Yesus bagi kita. Hal itu membuktikan bahwa Allah berkuasa untuk membangkitkan kita dari antara orang mati. Hal itu menjamin bahwa mereka yang percaya pada Kristus tidak akan tinggal mati, namun akan dibangkitkan kepada kehidupan kekal. Inilah pengharapan agung kita!

Apa itu pertobatan dan mengapa itu diperlukan untuk keselamatan?

Apa itu pertobatan dan mengapa itu diperlukan untuk keselamatan?

Jawaban:
Banyak orang memahami istilah “pertobatan” berarti “berbalik dari dosa.” Ini bukanlah definisi Alkitab mengenai pertobatan. Dalam Alkitab, kata “bertobat” berarti “berubah pikiran.” Alkitab juga memberitahu kita bahwa pertobatan yang sejati akan menghasilkan perubahan tindakan (Lukas 3:8-14, Kisah Rasul 3:19). Kisah 26:20 menyatakan, “Tetapi mula-mula aku memberitakan bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu.” Definisi pertobatan yang sepenuhnya secara Alkitabiah adalah perubahan pikiran yang menghasilkan perubahan tingkah laku.

Kalau demikian, apa hubungan antara pertobatan dan keselamatan? Kitab Kisah Rasul nampaknya secara khusus memusatkan perhatian pada pertobatan dalam hubungannya dengan keselamatan (Kisah 2:38, 3:19; 11:18; 17:30; 20:21; 26:20). Bertobat, dalam kaitannya dengan keselamatan, adalah merubah pikiran Anda dalam hubungannya dengan Yesus Kristus. Dalam khotbah Petrus pada hari Pentakosta (Kisah 2) dia mengakhirinya dengan panggilan agar orang-orang bertobat (Kisah 2:38). Bertobat dari apa? Petrus memanggil orang-orang yang menolak Yesus Kristus (Kisah 2:36) untuk mengubah pikiran mereka mengenai Dia, untuk mengakui bahwa Dia sungguh-sungguh adalah “Tuhan dan Kristus” (Kisah 2:36). Petrus memanggil orang-orang untuk mengubah pikiran mereka dari menolak Kristus sebagai Mesias menjadi beriman kepadaNya sebagai Mesias dan Juruselamat.

Pertobatan dan iman dapat dipahami sebagai “dua sisi dari koin yang sama.” Tidaklah mungkin beriman kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat tanpa terlebih dahulu mengubah pikiran Anda mengenai siapa Dia dan apa yang telah Dia lakukan. Apakah ini adalah pertobatan dari penolakan secara sengaja, atau pertobatan dari ketidakacuhan atau ketidaktertarikan – itu adalah perubahan pikiran. Pertobatan Alkitabiah, dalam hubungannya dengan keselamatan, adalah merubah pikiran Anda dari menolak Kristus menjadi beriman kepada Kristus.

Adalah penting untuk memahami bahwa pertobatan bukanlah hasil karya kita demi untuk mendapatkan keselamatan. Tidak ada seorangpun dapat bertobat dan datang kepada Allah kecuali kalau Allah menarik orang tsb. kepadaNya (Yohanes 6:44). Kisah 5:31 dan 11:18 mengindikasikan bahwa pertobatan adalah pemberian Allah – yang dimungkinkan semata-mata karena anugrahNya. Tidak ada seorangpun yang dapat bertobat kecuali kalau Allah menganugrahkan pertobatan. Segala yang bersangkutan dengan keselamatan, termasuk pertobatan dan iman, adalah hasil dari Allah menarik kita, membuka mata kita, dan mengubah hati kita. Panjang sabar Allah menuntun kita kepada pertobatan (2 Petrus 3:9), demikian pula kebaikanNya (Roma 2:4).

Sekalipun pertobatan bukanlah pekerjaan yang menghasilkan keselamatan, pertobatan yang menuntun pada keselamatan pasti menghasilkan suatu karya. Adalah tidak mungkin untuk benar-benar dan secara keseluruhan mengubah pikiran Anda tanpa hal itu menyebabkan perubahan dalam perilaku. Dalam Alkitab pertobatan menghasilkan perubahan tingkah laku. Itu sebabnya Yohanes Pembaptis berseru agar orang-orang “menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan” (Matius 3:8). Seseorang yang benar-benar telah bertobat dari penolakan akan Kristus kepada iman akan Kristus akan nyata melalui hidup yang berubah (2 Korintus 5:17, Galatia 5:19-23, Yakobus 2:14-26). Pertobatan, didefinisikan secara tepat, adalah perlu untuk keselamatan. Pertobatan yang Alkitabiah adalah mengubah pikiran Anda mengenai Yesus Kristus dan berbalik kepada Allah dalam iman untuk keselamatan (Kisah 3:19). Berbalik dari dosa bukanlah definisi dari pertobatan, melainkan adalah salah satu hasil dari pertobatan yang sejati, yang berlandaskan iman yang menuntun kepada Tuhan Yesus Kristus.

Apa artinya penebusan Kristen?

Apa artinya penebusan Kristen?

Jawaban:
Setiap orang membutuhkan penebusan. Kondisi alamiah kita diwarnai oleh kesalahan: “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” Penebusan Kristus telah membebaskan kita dari kesalahan: “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus” (Roma 3:23, 24).

Manfaat penebusan meliputi hidup kekal (Wahyu 5:9-10), pengampunan dosa (Efesus 1:7), pembenaran (Roma 5:17), lepas dari kutukan Taurat (Galatia 3:13), diangkat menjadi anggota keluarga Allah (Galatia 4:5), bebas dari belenggu dosa (Titus 2:14; 1 Petrus 1:14-18), damai dengan Allah (Kolose 1:18-20), dan berdiamnya Roh Kudus di dalam diri kita (1 Korintus 6:19-20). Ditebus adalah diampuni, kudus, dibenarkan, diberkati, bebas, diangkat anak, dan didamaikan. Lihat pula Mazmur 130:7-8, Lukas 2:38; dan Kisah Rasul 20:28.

Kata tebus berarti “dibeli.” Istilah ini khususnya digunakan dalam hubungannya dengan membebaskan seorang budak. Penerapan istilah ini pada kematian Kristus di atas salib menggambarkan hal ini dengan amat jelas. Jikalau kita “ditebus” maka keadaan kita sebelumnya adalah dalam perbudakan. Allah telah membeli kebebasan kita, dan kita tidak lagi berada di bawah penawanan dosa atau hukum Perjanjian Lama. Penggunaan penebusan secara metaforis ini adalah pengajaran dari Galatia 3:13 dan 4:5.

Berhubungan dengan konsep Kristiani mengenai penebusan adalah istilah harga tebusan. Yesus membayar harga pembebasan kita dari dosa (Matius 20:28; 1 Timotius 2:6). KematianNya adalah untuk menggantikan hidup kita. Kenyataannya Kitab Suci amat jelas dalam hal bahwa penebusan hanya mungkin terjadi “melalui darahNya” (yaitu melalui kematianNya), Kolose 1:14.

Jalan-jalan di surga dipenuhi oleh orang-orang yang dulunya adalah tawanan, yang tanpa jasa mereka sendiri, mendapatkan pengampunan dan kebebasan. Para budak dosa sekarang adalah orang-orang suci. Tidak heran mereka menyanyikan nyanyian baru – nyanyian pujian kepada sang Penebus yang telah disembelih (Wahyu 5:9). Kita dulunya adalah hamba-hamba dosa, dihukum untuk terpisah selama-lamanya dari Allah. Yesus membayar harga untuk menebus kita, menghasilkan kebebasan kita dari perbudakan dosa, dan penyelamatan kita dari konsekwensi kekal dari dosa itu.

Apa itu pendamaian Kristen? Mengapa kita perlu diperdamaikan dengan Allah? Bagaimana kita dapat diperdamaikan dengan Allah?

Apa itu pendamaian Kristen? Mengapa kita perlu diperdamaikan dengan Allah? Bagaimana kita dapat diperdamaikan dengan Allah?

Jawaban:
Bayangkan dua orang teman yang bersitegang atau bertengkar. Hubungan baik yang dulunya mereka miliki sekarang menjadi tegang dan hampir putus. Mereka berhenti bicara, komunikasi terasa ganjil. Lambat laun teman menjadi orang asing. Pemisahan seperti ini hanya dapat dipulihkan melalui pendamaian. Diperdamaikan berarti persahabatan atau keharmonisan dipulhkan kembali. Ketika teman lama menyelesaikan perbedaan mereka dan memulihkan hubungan mereka, pendamaian terwujud. 2 Korintus 5:18-19 menyatakan, “Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.”


Alkitab mengatakan bahwa Kristus memperdamaikan kita kepada Allah (Roma 5:10, 2 Korintus 5:18, Kolose 1:20-21). Fakta bahwa kita membutuhkan pendamaian menunjukkan bahwa hubungan kita dengan Allah terputus. Karena Allah itu suci, maka kitalah yang salah. Dosa kita memisahkan kita dari Dia. Roma 5:10 memberitahukan bahwa kita adalah musuh-musuh Allah: “Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!”

Ketika Kristus mati di atas salib, Dia memenuhi penghakiman Allah dan memungkinkan musuh Allah berdamai denganNya. “Pendamaian” kita dengan Allah meliputi pemberian anugrah Allah dan pengampunan dosa kita. Hasil dari pengorbanan Yesus adalah bahwa hubungan kita berubah dari permusuhan menjadi persahabatan. “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, … tetapi Aku menyebut kamu sahabat” (Yohanes 15:15). Pendamaian Kristen adalah suatu kebenaran yang mulia! Kita adalah musuh-musuh Allah, namun sekarang kita adalah sahabat-sahabat Allah. Kita dulunya berada di bawah hukuman karena dosa-dosa kita, namun kita sekarang diampuni. Kita dulunya berperang dengan Allah, namun kita sekarang memiliki damai yang melampaui segala pengertian (Filipi 4:7). “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus” (Roma 5:1).

Apa itu pembenaran?

Apa itu pembenaran?

Jawaban:
Secara sederhana, membenarkan berarti menyatakan sebagai benar, menjadikan seseorang beres dengan Allah. Pembenaran adalah Allah menyatakan mereka yang menerima Yesus sebagai orang yang benar, berdasarkan kebenaran Kristus yang diimputasikan bagi mereka yang menerima Kristus. Meskipun pembenaran secara prinsip terdapat di seuruh bagian Kitab Suci, bagian utama yang menggambarkan pembenaran dalam hubungannya dengan orang-orang percaya adalah Roma 3:21-26. Namun sekarang Allah telah menunjukkan jalan yang lain untuk dibenarkan dalam pandanganNya - bukan dengan menaati Taurat namun dengan cara yang telah dijanjikan dalam Kitab Suci sejak dahulu kala. Kita dibenarkan dalam pandangan Allah ketika kita percaya kepada Yesus Kristus yang menghapus dosa kita. Dan kita semua dapat diselamatkan dengan cara yang sama, siapapun kita atau apapun yang telah kita lakukan. Semua orang telah berdosa, semua tidak mencapai standar kemuliaan Allah. Namun Allah di dalam kemurahan dan anugrahNya menyatakan kita tidak bersalah. Dia telah melakukan ini melalui Yesus Kristus, yang telah membebaskan kita dengan menyingkirkan dosa-dosa kita. Allah telah mengutus Yesus untuk menanggung hukuman dosa kita dan memuaskan murka Allah terhadap kita. Kita dijadikan benar dengan Allah ketika kita percaya bahwa Yesus mencucurkan darahNya, mengorbankan hidupNya untuk kita. Allah bertindak dengan adil dan benar ketika Dia tidak menghukum mereka yang berdosa pada jaman dahulu. Dan Dia juga benar dan adil ketika pada masa sekarang Dia membenarkan orang-orang berdosa dalam pandanganNya karena mereka percaya kepada Yesus Kristus.

Kita dibenarkan, dinyatakan tidak bersalah, pada saat momen keselamatan kita. Pembenaran tidak membuat kita tidak bersalah, tapi menyatakan bahwa kita tidak bersalah. Kebenaran kita berasal dari iman kepada karya Yesus Kristus yang sudah selesai. PengorbananNya menutupi dosa-dosa kita, mengijinkan Allah memandang kita sempurna dan tak bercela. Karena sebagai orang-orang percaya kita berada di dalam Kristus, Allah melihat kebenaran Kristus ketika Dia memandang kita. Hal ini memenuhi tuntutan Allah untuk kesempurnaan; dan karena itu Dia menyatakan kita tidak bersalah -- Dia membenarkan kita.

Roma 5-18-19 meringkaskan hal ini dengan baik sekali, “Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.” Mengapa pernyataan pembenaran ini begitu penting? “ Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.” (Roma 5:1). Karena pembenaran maka damai sejahtera Allah dapat memerintah dalam hidup kita. Adalah karena FAKTA pembenaran makan orang-orang percaya memiliki jaminan keselamatan. Adalah FAKTA pembenaran yang memungkinkan Allah memulai proses penyucian, proses di mana Allah menjadikan kita secara realita apa yang kita sudah lebih dulu jadi secara posisi.

Apa itu keselamatan? Apakah doktrin Kristen mengenai keselamatan?

Apa itu keselamatan? Apakah doktrin Kristen mengenai keselamatan?

Jawaban:
Keselamatan adalah pembebasan dari bahaya atau penderitaan. Menyelamatkan adalah melepaskan atau melindungi. Kata ini mengandung makna kemenangan, kesehatan, atau kelangsungan hidup. Kadang Alkitab mempergunakan kata diselamatkan atau keselamatan untuk menunjuk pada kelepasan fisik yang bersifat sementara, seperti misalnya dilepaskannya Paulus dari penjara (Filipi 1:19).

 Lebih sering, kata keselamatan berhubungan dengan kelepasan rohani yang kekal. Ketika Paulus memberitahu kepala penjara Filipi bagaimana dia dapat diselamatkan, Paulus menunjuk pada keadaan yang kekal (Kisah 16:30-31). Yesus menyamakan diselamatkan dengan memasuki kerajaan Allah (Matius 19:24-25).

Kita diselamatkan dari apa? Dalam doktrin Kristen mengenai keselamatan kita diselamatkan dari “murka”; yaitu dari penghakiman Allah terhadap dosa (Roma 5:9;1 Tesalonika 5:9). Dosa kita telah memisahkan kita dari Allah, konsekwensi dosa adalah kematian (Roma 6:23). Keselamatan dalam Alkitab menunjuk pada pelepasan dari konsekwensi dosa dan karena itu meliputi penghapusan dosa.

Siapa yang menyelamatkan? Hanya Allah yang dapat menyingkirkan dosa dan melepaskan kita dari hukuman dosa (2 Timotius 1:9; Titus 3:5).

Bagaimana Allah menyelamatkan? Dalam doktrin Kristen mengenai keselamatan Allah telah menyelamatkan kita melalui Kristus (Yohanes 3:17). Secara khusus, adalah kematian Yesus di atas salib dan kebangkitanNya yang menghasilkan keselamatan kita (Roma 5:10; Efesus 1:7). Kitab Suci jelas bahwa keselamatan adalah karena anugrah, hadiah yang kita tidak layak dapatkan dari Allah (Efesus 2:5, 8), dan hanya tersedia melalui iman di dalam Yesus Kristus (Kisah 4:12)

Bagaimana kita menerima keselamatan? Kita diselamatkan melalui iman. Pertama-tama kita mesti mendengar Injil – kabar baik mengenai kematian dan kebangkitan Yesus (Efesus 1:13). Kemudian kita mesti percaya – menerima Yesus secara penuh (Roma 1:16). Hal ini meliputi pertobatan, perubahan pikiran mengenai dosa dan Kristus (Kisah 3:19), dan berseru kepada nama Tuhan (Roma 10:9-10, 13).

Definisi doktrin Kristen mengenai keselamatan berbunyi: “Pelepasan rohani dan kekal yang Allah secara langsung anugrahkan kepada mereka yang menerima syarat-syaratnya untuk bertobat dan beriman di dalam Yesus Kristus.” Keselamatan hanya tersedia di dalam Yesus saja (Yohanes 14:6; Kisah 4:12), dan hanya bergantung kepada penyediaan, kepastian dan jaminan Allah semata-mata.

Apakah baptisan perlu untuk keselamatan? Apa itu baptisan kelahiran kembali?

Apakah baptisan perlu untuk keselamatan? Apa itu baptisan kelahiran kembali?

Jawaban:
Baptisan kelahiran kembali adalah kepercayaan bahwa seseorang harus dibaptiskan supaya diselamatkan. Kami berpendirian bahwa baptisan adalah langkah ketaatan yang penting bagi seorang Kristen, namun dengan tegas kami menolak baptisan sebagai sesuatu yang diperlukan untuk keselamatan. Kami percaya dengan teguh bahwa setiap dan semua orang Kristen harus menerima baptisan air secara selam. Baptisan melukiskan identifikasi orang Kristen dengan kematian, penguburan dan kebangkitan Kristus. Roma 6:3-4 menyatakan, “ Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Roma 6:3-4). Dimasukkan secara keseluruhan ke dalam air menggambarkan dikuburkan bersama dengan Kristus. Keluar dari dalam air menggambarkan kebangkitan Kristus.

Segala sesuatu yang ditambahkan kepada iman kepada Kristus sebagai syarat keselamatan adalah keselamatan yang berdasarkan pekerjaan. Menambahkan APA SAJA kepada Injil adalah mengatakan bahwa kematian Yesus di atas salib tidak cukup untuk membeli keselamatan kita. Mengatakan bahwa kita mesti dibaptis supaya diselamatkan adalah mengatakan bahwa kita mesti menambahkan perbuatan baik dan ketaatan kita kepada kematian Kristus supaya cukup untuk menyelamatkan kita. Kematian Yesus sendiri sudah cukup untuk membayar hutang dosa kita (Roma 5:8; 2 Korintus 5:21). Pembayaran Yesus untuk dosa-dosa kita diterapkan kepada “rekening” kita semata-mata karena iman (Yohanes 3:16; Kisah 16:31; Efesus 2:8-9). Karena itu, baptisan adalah langkah ketaatan yang penting setelah keselamatan, namun bukanlah merupakan persyaratan untuk keselamatan.

Ya, ada beberapa ayat yang sepertinya mengindikasikan bahwa baptisan adalah persyaratan untuk keselamatan. Namun karena Alkitab dengan begitu jelas memberitahu kita bahwa keselamatan hanya diterima berdasarkan iman semata (Yohanes 3:16; Efesus 2:8-9; Titus 3:5), maka pastilah ada penafsiran lain untuk ayat-ayat tsb. Alkitab tidak bertentangan. Dalam zaman Alkitab, seseorang yang baru bertobat dari satu agama ke agama lainnya biasanya dibaptis untuk menyatakan pertobatan. Baptisan adalah cara untuk membuat keputusan itu diketahui umum. Mereka yang menolak untuk dibaptiskan mengatakan bahwa mereka tidak sungguh-sungguh percaya. Karena itu, dalam benak para rasul dan murid-murid mula-mula, konsep mengenai orang percaya yang tidak dibaptiskan adalah tidak ada sama sekali. Ketika seseorang mengaku percaya kepada Yesus Kristus, namun malu untuk mengumumkan imannya di depan umum, hal itu mengindikasikan bahwa dia tidak memiliki iman yang sejati.

Jikalau baptisan diperlukan untuk keselamatan, mengapa Paulus mengatakan, “Aku mengucap syukur bahwa tidak ada seorangpun juga di antara kamu yang aku baptis selain Krispus dan Gayus” (1 Korintus 1:14)? Mengapa dia mengatakan, “Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia” (1 Korintus 1:17)? Memang dalam ayat-ayat ini Paulus menentang perpecahan yang mewabah dalam gereja Korintus. Namun demikian, bagaimana mungkin Paulus bisa mengatakan bahwa “Aku mengucap syukur bahwa aku tidak membaptiskan …” atau “Sebab Kristus tidak mengutus aku untuk membaptis …” kalau baptisan dibutuhkan untuk keselamatan? Kalau baptisan perlu untuk keselamatan, berarti Paulus secara harafiah mengatakan, “Aku mengucap syukur bahwa kamu tidak diselamatkan …” atau “Sebab Kristus tidak mengutus aku untuk menyelamatkan ….” Itu akan menjadi pernyataan yang amat aneh yang diucapkan oleh Paulus. Lagipula ketika Paulus memberikan garis besar yang mendetil mengenai apa yang dipandangnya sebagai Injil (1 Korintus 15:1-8) mengapa dia tidak mencantumkan baptisan? Kalau baptisan adalah syarat untuk keselamatan, bagaimana mungkin penyajian Injil tidak menyebutkan baptisan?

Baptisan kelahiran kembali bukanlah konsep Alkitab. Baptisan tidak menyelamatkan dari dosa, tapi dari hati nurani yang tidak tenang. Petrus dengan jelas mengajarkan bahwa baptisan bukan sekedar upacara yang membersihkan tubuh jasmani, namun adalah merupakan janji dengan hati nurani yang tulus kepada Allah. Baptisan adalah simbol dari apa yang sudah terlebih dahulu terjadi dalam hati dan hidup seseorang yang sudah percaya kepada Kristus sebagai Juruselamat (bdgk. Roma 6:3-5; Galatia 3:27; Kolose 2:12). Untuk menegaskan sumber keselamatan secara benar-benar jelas, Petrus menambahkan, “oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati” (bdgk. 1 Petrus 1:3). Baptisan adalah langkah ketaatan yang penting yang harus ditempuh oleh setiap orang percaya. Baptisan bukanlah merupakan persyaratan untuk keselamatan. Kalau demikian, itu adalah merupakan suatu serangan terhadap kesempurnaan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

Apakah orang Kristen harus terus menerus meminta pengampunan untuk dosa-dosa mereka?

Apakah orang Kristen harus terus menerus meminta pengampunan untuk dosa-dosa mereka?

Jawaban:
Pertanyaan yang kerap kali ditanyakan adalah, “Bagaimana kalau saya berdosa dan meninggal sebelum saya sempat untuk mengakui dosa tsb. kepada Allah?" Pertanyaan lain yang kerap ditanyakan adalah, "Apa yang terjadi kalau saya berdosa, namun lupa, tidak pernah mengakuinya kepada Allah?” Kedua pertanyaan ini berlandaskan asumsi yang keliru. Keselamatan bukan persoalan orang-orang percaya berusaha mengakui dan bertobat dari setiap dosa yang mereka perbuat sebelum mereka meninggal dunia. Keselamatan bukanlah berdasarkan apa seorang Kristen sudah mengakui dan bertobat dari setiap dosa atau tidak. Ya, kita mesti mengakui dosa kita kepada Allah begitu kita menyadari bahwa kita telah berdosa. Namun kita tidak harus selalu meminta Allah untuk mengampuni kita. Ketika kita percaya pada Yesus Kristus untuk keselamatan kita, SEMUA dosa kita diampuni. Itu meliputi masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, besar atau kecil. Orang-orang percaya tidak harus terus menerus mohon ampun atau bertobat demi mendapatkan pengampunan dosa. Yesus sudah mati untuk membayar hukuman dari semua dosa-dosa kita, dan ketika dosa-dosa itu diampuni, semuanya diampuni (Kolose 1:14, Kisah 10:43).

Apa yang kita perlu lakukan adalah mengakui dosa kita: “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9). Harap perhatikan bahwa ayat ini tidak mengatakan minta pengampunan dari Allah. Kitab Suci tidak pernah menginstruksikan orang-orang yang percaya dalam Kristus untuk minta pengampunan Allah. Apa yang 1 Yohanes 1:9 katakan kepada kita adalah "mengakui" dosa kita kepada Allah. Kata "mengakui" berarti "sepakat." Ketika kita mengakui dosa kita kepada Allah, kita sepakat dengan Allah bahwa kita salah, bahwa kita sudah berdosa. Melalui pengakuan dosa Allah terus menerus mengampuni kita berdasarkan fakta bahwa Dia "setia dan adil." Bagaimana Allah “setia dan adil?" Dia setia melalui pengampunan dosa, Dia sudah berjanji untuk melakukan hal itu bagi semua yang menerima Kristus sebagai Juruselamat. Dia adil melalui menerapkan pembayaran Kristus pada dosa-dosa kita, mengenali bahwa dosa-dosa kita telah ditebus.

Namun 1 Yohanes 1:9 mengindikasikan bahwa pengampunan adalah bergantung pada kita mengakui dosa kita kepada Allah. Bagaimana hal ini terjadi kalau semua dosa kiita sudah diampuni pada saat kita menerima Kristus sebagai Juruselamat? Nampaknya yang digambarkan oleh Rasul Yohanes di sini adalah pengampunan “relasional." Secara “posisi” semua dosa kita telah diampuni pada saat kita menerima Kristus sebagai Juruselamat. Pengampunan secara "posisi" ini menjamin keselamatan kita dan menjanjikan rumah kekal di surga. Ketika kita berdiri di hadapan Allah setelah meninggal dunia, Allah tidak akan menolak kita masuk surga karena dosa-dosa kita. Ini adalah pengampunan secara “posisi.” Konsep pengampunan secara “relasi” adalah berdasarkan fakta bahwa ketika kita berdosa, kita menyinggung hati Allah dan mendukakan RohNya (Efesus 4:30). Walaupun Allah telah mengampuni semua dosa yang kita lakukan, dosa-dosa itu masih menghalangi hubungan kita dengan Allah. Seorang anak yang bersalah kepada ayahnya tidak lalu dibuang dari keluarga. Ayah yang rohani akan mengampuni anaknya secara tanpa syarat. Pada saat yang sama, hubungan baik antara ayah dan anak tidak akan bisa tercapai sampai hubungan itu dipulihkan. Ini hanya dapat terjadi pada saat anak mengakui kesalahan-kesalahannya kepada ayahnya dan minta maaf. Itu sebabnya kita perlu mengakui dosa kita kepada Allah … bukan untuk mempertahankan keselamatan kita, namun untuk membawa kita kembali dalam persekutuan yang dekat dengan Allah yang mengasihi kita, dan yang telah mengampuni kita.

Kalau keselamatan kita terjamin secara kekal, mengapa Alkitab begitu tegas memperingati kita tentang kemurtadan?

Kalau keselamatan kita terjamin secara kekal, mengapa Alkitab begitu tegas memperingati kita tentang kemurtadan?

Jawaban:
Alkitab memperingati kita dengan begitu tegas soal kemurtadan karena pertobatan yang sejati diukur berdasarkan buah yang nyata. Ketika Yohanes Pembaptis membaptiskan orang-orang di Sungai Yordan, dia memperingatkan mereka yang menganggap bahwa mereka benar untuk “menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan” (Matius 3:7). Yesus memperingati mereka yang mendengarkan Dia ketika Dia memberikan Khotbah Di Bukit bahwa pohon dikenal melalui buahnya (Matius 7:16), dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik akan ditebang dan dibuang ke dalam api (Matius 7:19).

Tujuan dari peringatan-peringatan ini adalah untuk mencegah apa yang beberapa orang sebut sebagai “gampang percaya.” Dengan kata lain, mengikuti Yesus lebih dari sekadar mengatakan bahwa Anda adalah seorang Kristen. Semua orang bisa saja mengklaim Kristus sebagai Juruselamat, namun mereka yang betul-betul percaya akan menghasilkan buah yang nyata. Orang mungkin akan bertanya, “Apa yang dimaksud dengan buah?” Contoh yang paling jelas mengenai buah Kristen dapat ditemukan dalam Galatia 5:22-23 di mana Paulus menjelaskan buah [Roh] Kudus: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Ada jenis-jenis lain dari buah orang Kristen (seperti puji-pujian, memenangkan jiwa bagi Kristus), namun daftar ini memberi kita ringkasan yang baik mengenai sikap orang Kristen. Orang-orang percaya sejati akan makin menyatakan sikap-sikap ini dalam kehidupan mereka semakin mereka menjalani perjalanan keKristenan mereka (2 Petrus 1:5-8).

Para murid yang sejati dan menghasilkan buah inilah yang memiliki jaminan keselamatan kekal dan mereka akan terpelihara sampai akhirnya. Ada banyak ayat Alkitab yang menyatakan hal ini. Roma 8:29-30 memberi garis besar “Rantai Emas” keselamatan dengan menyatakan bahwa mereka yang telah dipilih dari semula, mereka ditentukan, dipanggil, dibenarkan dan dimuliakan - tidak ada yang hilang dalam perjalanan. Filipi 1:6 memberitahukan kita bahwa karya yang dimulai Allah dalam diri kita juga akan disempurnakanNya. Efesus 1:13-14 mengajarkan bahwa Allah telah memeteraikan kita dengan Roh Kudus sebagai jaminan dari warisan kita sampai pada saat kita memilikinya. Yohanes 10:29 menegaskan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat merebut domba kepunyaan Allah dari tanganNya. Ada banyak ayat Alkitab lain yang mengatakan hal yang sama – keselamatan orang-orang percaya terjamin secara kekal.

Ayat-ayat yang memperingati soal kemurtadan memiliki dua fungsi utama. Pertama, mereka menasihati orang-orang percaya untuk memastikan "panggilan dan pilihan" mereka. Paulus memberitahu kita dalam 2 Korintus 13:5 untuk memeriksa diri sendiri untuk mengetahui apakah kita tegak dalam iman. Kalau orang-orang percaya sejati adalah pengikut-pengikut Kristus yang menghasilkan buah, maka mereka seharusnya dapat melihat bukti keselamatan mereka. Orang-orang Kristen menghasilkan buah dengan tingkat yang berbeda bergantung pada tingkat ketaatan mereka dan karunia rohani mereka, namun semua orang Kristen menghasilkan buah; dan kita seharusnya melihat buktinya pada saat kita memeriksa diri.


Ada kalanya dalam kehidupan Kristen di mana tidak ada buah yang kelihatan. Ini adalah saat-saat berdosa dan tidak taat. Apa yang terjadi pada masa ketidaktaatan yang berkepanjangan ini adalah Allah menyingkirkan kepastian keselamatan dari kita. Perhatikan bahwa Allah tidak menyingkirkan keselamatan kita, namun kepastian keselamatan. Itu sebabnya dalam Mazmur 51 Daud berdoa supaya "sukacita keselamatan" dipulihkan kepadanya (Mazmur 51:12). Ketika kita hidup dalam dosa, kita kehilangan sukacita keselamatan kita. Itu sebabnya kita perlu memeriksa diri kita sendiri. Ketika orang Kristen sejati memeriksa dirinya dan tidak mendapatkan buah hal itu seharusnya menuntun kepada pertobatan yang serius dan berpaling kembali kepada Allah.

Alasan utama kedua untuk ayat-ayat yang berhubungan dengan kemurtadan adalah untuk menyatakan orang-orang yang murtad. Seorang yang murtad adalah seseorang yang menyangkali kepercayaan agamanya. Adalah jelas dari Alkitab bahwa orang-orang yang murtad adalah orang-orang yang mengaku iman kepada Yesus Kristus, namun tidak pernah benar-benar menerima Dia sebagai Juruselamat. Matius 13:1-9 (Perumpamaan Penabur) melukiskan poin ini dengan sempurna. Dalam perumpamaan ini seorang penabur menaburkan benih pada empat jenis tanah: tanah yang keras, berbatu-batu, tanah yang dipenuhi semak duri, dan tanah yang gembur. Tanah-tanah ini mewakili empat tanggapan yang berbeda terhadap Injil. Yang pertama adalah penolakan total, sedangkan tiga lainnya menggambarkan penerimaan dalam tingkatan yang berbeda-beda. Tanah yang berbatu-batu dan tanah yang penuh dengan semak duri menggambarkan orang-orang yang pada awalnya menanggapi Injil dengan baik, namun kemudian ketika penganiayaan datang (tanah yang berbatu-batu) atau tekanan dunia menghimpit mereka (tanah yang dipenuhi semak duri) orang itu berbalik. Yesus menjelaskan bahwa kedua macam tanggapan ini sekalipun pada awalnya mereka menerima, namun mereka tidak pernah menghasilkan buah apapun. Kembali, dalam Khotbah di Bukit, Yesus mengatakan, "Bukan setiap orang yang berseru, "Tuhan, Tuhan" akan masuk dalam kerajaan Allah" (Matius 7:21).


Nampaknya aneh bahwa Alkitab memberi peringatan mengenai kemurtadan, dan pada saat yang sama mengatakan bahwa orang Kristen sejati tidak akan pernah murtad. Namun inilah yang dikatakan Alkitab. 1 Yohanes 2:19 secara khusus mengatakan bahwa mereka yang murtad menyatakan bahwa mereka bukan orang-orang percaya sejati. Alkitab mengingatkan soal kemurtadan, karena itu haruslah menjadi peringatan bagi mereka "yang beriman" tanpa pernah betul-betul menerima iman itu. Ayat-ayat seperti Ibrani 6:4-6 dan Ibrani 10:26-29 adalah "peringatan" pada orang-orang percaya yang “berpura-pura” bahwa mereka perlu memeriksa diri dan menyadari bahwa kalau mereka masih mau murtad, mereka belum benar-benar diselamatkan. Matius 7:22-23 mengindikasikan bahwa “orang-orang percaya yang berpura-pura" yang ditolak oleh Allah ditolak bukan karena mereka kehilangan iman, namun karena Allah sebenarnya tidak pernah mengenal mereka.

Ada banyak orang yang bersedia mengidentifikasikan diri dengan Yesus. Siapa yang tidak menginginkan hidup kekal dan berkat? Namun Yesus mengingatkan kita untuk menghitung harga menjadi murid (Lukas 9:23-26, 14:25-33). Orang-orang percaya yang sejati telah memperhitungkan itu, mereka yang murtad tidak. Orang-orang yang murtad adalah mereka yang ketika meninggalkan iman mereka menunjukkan bahwa mereka sebetulnya belum pernah diselamatkan (1 Yohanes 2:19). Kemurtadan bukanlah kehilangan keselamatan, namun adalah bukti bahwa keselamatan belum pernah benar-benar dimiliki.

Mengapa Allah menuntut persembahan binatang dalam Perjanjian Lama?

Mengapa Allah menuntut persembahan binatang dalam Perjanjian Lama?

Jawaban:
Allah menuntut persembahan binatang supaya umat manusia dapat memperoleh pengampunan bagi dosa-dosa mereka (Imamat 4:35; 5:10). Persembahan binatang adalah thema penting dalam seluruh Kitab Suci. Ketika Adam dan Hawa berdosa, Allah mengorbankan binatang untuk menyediakan pakaian bagi mereka (Kejadian 3:21). Kain dan Habel membawa persembahan kepada Allah. Persembahan Kain tidak diterima karena dia mempersembahkan buah-buahan sedangkan persembahan Habel diterima karena dia mempersembahkan "anak sulung dari kambing dombanya" (Kejadian 4:4-5). Setelah banjir surut, Nuh mempersembahkan binatang kepada Allah. Persembahan Nuh ini merupakan bau harum yang menyenangkan Tuhan (Kejadian 8:20-21). Allah memerintahkan Abraham untuk mempersembahkan Ishak anaknya. Abraham taat kepada Allah, namun ketika Abraham siap mempersembahkan Ishak, Allah campur tangan dan menyediakan seekor domba jantan untuk mati menggantikan Ishak (Kejadian 22:10-13).

Sistim persembahan mencapai puncaknya pada zaman bangsa Israel. Allah memerintahkan bangsa ini untuk menjalankan berbagai persembahan. Menurut Imamat 1:1-4 ada prosedur tertentu yang harus diikuti. Pertama-tama, binatang tsb. harus tak bercacat. Kemudian orang yang mempersembahkan harus mengidentifikasikan dirinya dengan binatang itu. Kemudian orang yang mempersembahkan harus membunuh binatang itu. Ketika dilakukan dengan iman, persembahan ini menyediakan pengampunan untuk dosa-dosa. Korban persembahan lainnya disebut Hari Pendamaian digambarkan dalam Imamat 16 melukiskan pengampunan dan penghapusan dosa. Imam Besar mengambil dua domba jantan untuk korban penghapus dosa. Salah satu dari domba tsb. dikorbankan sebagai korban penghapus dosa bagi seluruh umat Israel (Imamat 16:15) sementara domba satunya dilepaskan di padang gurun (Imamat 16:20-22). Korban penghapus dosa menyediakan pengampunan sementara domba yang lain itu menyediakan penghapusan dosa.

Kalau begitu mengapa kita sekarang tidak mempersembahkan binatang? Persembahan binatang telah berakhir karena Yesus Kristus adalah persembahan yang paling utama. Yohanes Pembaptis mengenali hal ini ketika dia melihat Yesus untuk pertama kalinya. “Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29). Anda mungkin bertanya kepada diri sendiri, mengapa binatang? Apa salah mereka? Itulah poinnya, binatang-binatang tsb. tidak bersalah, mereka mati untuk menggantikan orang yang memberi persembahan. Yesus Kristus juga tidak bersalah namun dengan sukarela menyerahkan diriNya untuk mati bagi dosa-dosa umat manusia (1 Timotius 2:6). Banyak orang yang menyebut mati untuk orang lain ini sebagai penggantian. Yesus Kristus menanggung dosa kita dan mati menggantikan kita. Sebagaimana dikatakan oleh 2 Korintus 5:21, “Dia [Yesus] yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya [Allah] menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” Melalui iman dalam apa yang telah dicapai oleh Yesus di atas salib orang dapat memperoleh pengampunan.

Secara ringkas, persembahan binatang diperintahkan Allah supaya orang dapat memperoleh pengampunan dosa. Binatang menjadi pengganti – yaitu binatang mati untuk orang yang berdosa. Persembahan binatang sudah berhenti pada Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah korban yang paling besar dan saat ini adalah satu-satunya pengantara antara Allah dan manusia (1 Timotius 2:5). Persembahan binatang melambangkan persembahan yang dilakukan Kristus bagi kita. Satu-satunya dasar di mana persembahan binatang dapat menyediakan pengampunan dosa adalah fakta bahwa Kristus bersedia mempersembahkan diriNya bagi dosa-dosa kita, mnyediakan kita pengampunan yang persembahan binatang hanya dapat lukiskan dan lambangkan.

Apa yang terjadi pada bayi dan anak-anak kecil ketika mereka meninggal? Di manakah dalam Alkitab saya dapat menemukan umur pertanggungjawaban?

Apa yang terjadi pada bayi dan anak-anak kecil ketika mereka meninggal? Di manakah dalam Alkitab saya dapat menemukan umur pertanggungjawaban?

Jawaban:
Alkitab memberitahukan bahwa sekalipun seorang bayi atau anak kecil tidak berbuat dosa secara pribadi, semua orang, termasuk bayi dan anak-anak bersalah di hadapan Allah karena dosa yang diwarisi dan diturunkan. Dosa yang diwarisi adalah yang peroleh dari orangtua kita. Dalam Mazmur 51:5 Daud menulis, “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.” Daud mengenali bahwa bahkan saat masih dalam kandunganpun dia adalah orang berdosa. Fakta menyedihkan dari kematian bayi yang kadang terjadi sebetulnya membuktikan bahwa bayipun menerima dampak dari dosa Adam, karena kematian fisik dan rohani adalah merupakan akibat dari dosa Adam.

Setiap orang, bayi maupun orang dewasa, bersalah di hadapan Allah; setiap orang telah melukai kesucian Allah. Satu-satunya cara untuk Allah tetap adil dan pada saat yang sama membenarkan seseorang adalah kalau orang itu menerima pengampunan melalui iman dalam Yesus Kristus. Kristus adalah satu-satunya jalan. Yohanes 14:6 mencatat apa yang dikatakan Yesus, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6). Demikian pula dalam Kisah 4:12 Petrus mengatakan, “ Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” Keselamatan adalah pilihan pribadi.

Bagaimana dengan para bayi dan anak kecil yang tidak pernah mencapai umur di mana mereka mampu mengambil keputusan pribadi? "Umur pertanggungjawaban" adalah konsep yang mengajarkan bahwa mereka yang meninggal sebelum mencapai "umur pertanggungjawaban" secara otomatis diselamatkan oleh anugrah dan kemurahan Allah. "Umur pertanggungjawaban" adalah kepercayaan bahwa Allah menyelamatkan semua yang meninggal dunia sebelum dapat memutuskan secara pribadi untuk menerima atau menolak Kristus. Tigabelas adalah umur yang paling umum disebutkan sebagai umur pertanggungjawaban berdasarkan kebiasaan orang Yahudi bahwa seorang anak menjadi orang dewasa saat berumur 13 tahun. Namun demikian, Alkitab tidak memberi dukungan langsung bahwa umur 13 selalu merupakan umur pertanggungjawaban. Kemungkinan hal ini berbeda dari satu anak ke anak lainnya. Seorang anak sudah melampaui umur pertanggungjawaban kalau dia sudah mampu memutuskan untuk menerima atau menolak Kristus.

Dengan mengingat hal tsb. pertimbangkan pula hal-hal berikut ini: kematian Kristus adalah cukup bagi semua umat manusia, 1 Yohanes 2:2 mengatakan bahwa Yesus adalah “pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.” Jelas dalam ayat ini bahwa kematian Yesus sudah cukup untuk semua dosa, bukan hanya dosa mereka yang datang dan beriman kepadaNya. Fakta bahwa kematian Kristus cukup untuk semua dosa memungkinkan untuk Allah menerapkan bayaran atas dosa bagi mereka yang tidak mampu untuk percaya.

Satu ayat Alkitab yang kelihatannya lebih berkaitan dengan topik ini dibandingkan ayat-ayat lainnya adalah 2 Samuel 12:21-23. Konteks dari ayat-ayat ini adalah raja Daud berzinah dengan Betsyeba, yang kemudian hamil. Nabi Natan diutus oleh Tuhan untuk memberitahu Daud bahwa karena dosanya Tuhan akan mematikan anak itu. Daud menanggapi dengan kesedihan, ratapan dan berdoa untuk anak tsb. Namun setelah anak itu meninggal dunia, ratapan Daud berakhir. Para hamba Daud terheran-heran dengan hal ini. Mereka berkata kepada Daud, "Apakah artinya hal yang kauperbuat ini? Oleh karena anak yang masih hidup itu, engkau berpuasa dan menangis, tetapi sesudah anak itu mati, engkau bangun dan makan!" Jawabnya: "Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku." Tanggapan Daud dapat dipandang sebagai argumen bahwa mereka yang tidak mampu untuk percaya ada dalam Tuhan dengan aman. Daud mengatakan dia dapat pergi kepada anak itu, namun dia tidak dapat mengembalikan anak itu kepadanya. Juga, sama pentingnya, Daud nampak terhibur dengan hal ini. Dengan kata lain, Daud nampaknya mengatakan bahwa dia nanti akan kembali melihat anak itu (di surga) meskipun dia tidak dapat mengembalikannya.

Sekalipun Alkitab tetap membuka kemungkinan itu, ada satu masalah dengan mengatakan bahwa Allah menerapkan pembayaran Kristus akan dosa kepada mereka yang tidak mampu percaya, yaitu Alkitab tidak secara khusus mengatakan Dia melakukan hal itu. Karena itu ini adalah sebuah subyek yang kita tidak boleh bersikeras atau dogmatik. Namun demikian, kita dapat bersikap dogmatik dalam fakta bahwa Allah SELALU melakukan apa yang benar.

Tahu akan kasih dan anugrah Allah, Allah menerapkan kematian Kristus kepada mereka yang tidak mampu percaya adalah konsisten dengan karakter Allah. Adalah posisi kami bahwa Allah menerapkan pembayaran Kristus akan dosa kepada para anak kecil dan mereka yang cacat mental karena mereka tidak mampu untuk memahami kondisi dosa mereka dan kebutuhan mereka akan Juruselamat. Tentang hal ini kami yakin, bahwa Allah itu pengasih, suci, penuh kemurahan, adil dan penuh anugrah. Apapun yang dilakukanNya, SELALU benar dan baik.

Apa itu penebusan dengan penggantian?

Apa itu penebusan dengan penggantian?

Jawaban:
Penebusan dengan penggantian” menunjuk pada kematian Kristus bagi semua orang berdosa. Alkitab mengajarkan bahwa semua orang telah berbuat dosa (baca Roma 3:9-18 dan Roma 3:23). Hukuman atas dosa kita adalah kematian. Roma 6:23 mengatakan, “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”

Ayat tsb mengajarkan kita beberapa hal. Kita semua akan mati dan menghabiskan kekekalan dalam neraka sebagai hukuman atas dosa-dosa kita. Dalam Alkitab kematian menunjuk pada ”pemisahan.” Setiap orang pasti akan mati, tapi sebagian akan hidup di surga bersama dengan Tuhan untuk selama-lamanya, sementara sebagian lainnya akan tinggal di neraka untuk selama-lamanya. Kematian yang disebutkan di sini menunjuk pada hidup di neraka. Namun demikian, bagian ke dua dari ayat ini mengajarkan kita bahwa hidup kekal tersedia melalui Yesus Kristus. Inilah karya penebusanNya melalui penggantian.

Yesus Kristus mati menggantikan kita ketika Dia digantung di atas salib. Kita layak untuk mati di salibkan karena kitalah yang hidup dalam dosa. Namun Kristus mengambil hukuman kita dan menanggungnya bagi kita. “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” (2 Korintus 5:21). Dia mengambil tempat kita sebagai pengganti kita dalam menerima apa yang pantas kita terima.

“Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh” (1 Petrus 2:24). Di sini kita kembali melihat bahwa Kristus mengambil dosa-dosa yang kita perbuat dan melunasinya untuk kita. Beberapa ayat kemudian kita membaca bahwa “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh,” (1 Petrus 3:18). Bukan saja ayat-ayat ini mengajar kita mengenai Kristus sebagai ”pengganti” kita, tapi juga bahwa Dia adalah ”penebusan” kita, yang artinya Dia telah melunasi segala hutang dosa manusia.

Bagian Alkitab lain yang berbicara mengenai ”penebusan dengan penggantian” adalah Yesaya 53:5. Ayat ini berbicara mengenai datangnya Kristus yang akan mati di salib untuk dosa-dosa kita. Bagian ini memaparkannya dengan sangat terperinci dan penyaliban terjadi persis sebagaimana dinubuatkan. Perhatikan beberapa kata ini ketika Anda membacanya. “Tetapi DIA tertikam oleh karena pemberontakan KITA, DIA diremukkan oleh karena kejahatan KITA; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi KITA ditimpakan kepadaNYA, dan oleh bilur-bilurNYA KITA menjadi sembuh.” Perhatian penggantian yang terjadi. Sekali lagi di sini kita melihat bahwa Kristus membayar harga untuk kita!

Kita sendiri tidak mampu membayar harga dosa. Atau kalaupun kita mampu, kita hanya akan dihukum dan ditempatkan di neraka untuk selama-lamanya. Namun Kristus mengambil inisiatif untuk datang ke dalam dunia dalam diri Anak Allah, Yesus Kristus, untuk membayar harga dosa kita. Karena Dia melakukan ini untuk kita, sekarang bukan saja dosa-dosa kita diampuni, tapi juga mendapat kesempatan untuk hidup dalam kekekalan bersama dengan Dia. Untuk itu kita perlu menempatkan iman kita dalam apa yang Kristus telah lakukan di atas salib. Kita tidak dapat menyelamatkan diri sendiri; kita butuh pengganti.

Bagaimana orang-orang diselamatkan sebelum Yesus mati bagi dosa-dosa kita?

Bagaimana orang-orang diselamatkan sebelum Yesus mati bagi dosa-dosa kita?

Jawaban:
Sejak kejatuhan manusia, dasar dari keselamatan selalu adalah kematian Kristus. Tidak ada seorangpun, termasuk sebelum salib atau sesudah salib, yang dapat diselamatkan tanpa peristiwa yang sangat penting dalam sejarah dunia itu. Kematian Kristus melunasi hutang dosa masa lalu dari orang-orang suci dalam Perjanjian Lama dan dosa masa yang akan datang dari orang-orang suci dalam Perjanjian Baru.

Syarat keselamatan selalu adalah iman. Obyek dari iman selalu adalah Allah. Pemazmur menuliskan, ”Berbahagialah semua orang yang berlindung pada-Nya!” (Mazmur 2:12). Kejadian 15:6 memberitahukan kita bahwa Abraham percaya kepada Allah dan itu cukup bagi Allah untuk memperhitungkan itu kepadanya sebagai kebenaran (lihat juga Roma 4:3-8). Sistim korban persembahan dalam Perjanjian Lama tidak menghapus dosa, sebagaimana dengan jelas dikatakan dalam Ibrani 9:1-10:4. Namun sistim itu menunjuk pada hari di mana Anak Allah akan mencurahkan darahNya bagi dosa umat manusia.

Apa yang berubah adalah isi dari iman orang-orang percaya. Apa yang dituntut Allah mengenai obyek kepercayaan adalah berdasarkan tingkat pewahyuan yang diberikan pada umat manusia pada zaman itu. Ini disebut dengan pewahyuan progressif. Adam percaya pada janji yang Allah berikan dalam Kejadian 3:15 bahwa keturunan dari perempuan itu akan menaklukkan Iblis. Adam percaya kepada Allah, dan ini dinyatakan dari nama yang dia berikan kepada Hawa (ayat 20) dan Allah menyatakan persetujuanNya dengan segera menutupi mereka dengan pakaian dari kulit binatang (ayat 21). Pada waktu itu, hanya itu yang diketahui oleh Adam, tapi dia percaya.

Abraham percaya pada pada Allah sesuai dengan janji dan wahyu yang baru yang Allah berikan kepadanya dalam Kejadian 12 dan 15. Sebelum Musa, tidak ada Kitab Suci yang dituliskan, namun umat manusia tetap harus bertanggung jawab sesuai dengan apa yang Tuhan telah wahyukan. Dalam seluruh Perjanjian Lama, orang-orang percaya diselamatkan karena mereka percaya bahwa Allah suatu hari kelak akan membereskan masalah dosa mereka. Hari ini, kita memandang ke belakang, percaya bahwa Dia sudah membereskan dosa kita di Kalvari (Yohanes 3:16; Ibrani 9:28).

Bagaimana dengan orang-orang percaya di zaman Kristus, sebelum penyaliban dan kebangkitan, apa yang mereka percaya? Apakah mereka mengerti sepenuhnya kematian Kristus di atas salib untuk dosa-dosa mereka? Lama kemudian dalam pelayananNya, “Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” (Matius 16:21). Apa reaksi dari para murid terhadap berita ini? “Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."” (Matius 16:22). Petrus dan murid-murid lainnya tidak memahami seluruh kebenaran, namun mereka diselamatkan karena mereka percaya bahwa Tuhan akan membereskan masalah dosa mereka. Mereka tidak tahu secara pasti bagaimana persisnya Dia akan melakukan itu, sama seperti Adam, Abraham, Musa dan Daud, namun mereka percaya pada Allah.

Hari ini kita memiliki lebih banyak pewahyuan dibanding dengan orang-orang yang hidup sebelum kebangkitan Kristus, kita tahu gambarannya secara penuh. “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta” (Ibrani 1:1-2). Keselamatan kita masih tetap didasarkan pada kematian Kristus, iman kita tetap adalah persyaratan untuk keselamatan, dan obyek dari iman kita tetap adalah Allah. Bagi kita hari ini, isi dari iman kita adalah Kristus telah mati bagi dosa-dosa kita, bahwa Dia dikuburkan dan bahwa Dia bangkit pada hari ketiga (1 Korintus 15:3-4).

Bagaimana dengan mereka yang tidak pernah mendapat kesempatan untuk mendengar tentang Yesus?

Bagaimana dengan mereka yang tidak pernah mendapat kesempatan untuk mendengar tentang Yesus?

Jawaban:
Setiap orang bertanggung jawab kepada Allah apakah mereka telah ”mendengar tentang Dia” atau tidak. Alkitab mengatakan bahwa Allah telah menyatakan diriNya dengan jelas dalam alam raya (Roma 1:20) dan dalam hati setiap orang (Pengkhotbah 3:11). Masalahnya, umat manusia telah berdosa, kita menolak pengetahuan tentang Allah dan memberontak melawan Allah (Roma 1:21-23). Kalau bukan karena anugrah Tuhan, Dia akan membiarkan kita menuruti keinginan nafsu dosa kita, sehingga kita akan merasakan betapa sia-sia dan sengsaranya hidup terpisah dari Tuhan. Ini yang terjadi dengan orang-orang yang terus menerus menolak Dia (Roma 1:24-32).

Kenyataannya, bukan ada orang-orang yang belum pernah mendengar tentang Allah. Masalahnya sebetulnya adalah mereka menolak apa yang mereka telah dengar dan apa yang telah mereka saksikan dalam alam ini. Ulangan 4:29 menyatakan “Dan baru di sana engkau mencari TUHAN, Allahmu, dan menemukan-Nya, asal engkau menanyakan Dia dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu” (Ulangan 4:29). Ayat ini mengajarkan sebuah prinsip penting: setiap orang yang benar-benar mencari Tuhan akan menemukan Dia. Jika seseorang betul-betul mau mengenal Tuhan, Tuhan akan menyatakan diri kepadaNya.

Masalahnya adalah, “Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah” (Roma 3:11). Orang menolak pengetahuan tentang Allah yang nyata dalam ciptaan dan dalam hati mereka, dan sebaliknya memutuskan untuk menyembah ”illah” yang mereka ciptakan sendiri. Adalah suatu kebodohan untuk berdebat mengenai adil tidaknya Tuhan saat Dia mengirim orang ke neraka karena tidak pernah mendengar Injil Kristus. Semua orang bertanggung jawab kepada Tuhan untuk apa yang telah Tuhan ungkapkan kepada mereka. Alkitab mengatakan bahwa orang-orang menolak pengetahuan ini, dan karena itu Tuhan menghukum mereka di neraka.

Sebagai ganti perdebatan mengenai nasib mereka yang tidak pernah mendengar, kita, sebagai orang-orang Kristen, sepatutnya berusaha keras untuk memastikan bahwa mereka mendengar. Kita dipanggil untuk mengabarkan Injil ke seluruh dunia (Matius 28:19-20; Kisah Rasul 1:8). Kenyataan bahwa kita tahu bahwa orang menolak pengetahuan tentang Allah yang diungkapkan dalam alam semesta harus memotivasi kita untuk mengabarkan kabar baik tentang keselamatan di dalam Yesus Kristus. Hanya dengan menerima Injil anugrah Allah melalui Yesus Kristus seseorang dapat diselamatkan dari dosa-dosanya dan lolos dari menghabiskan kekekalan di neraka.

Jika kita menganggap mereka yang belum pernah mendengar Injil diberikan kemurahan oleh Tuhan, kita akan menghadapi masalah yang mengerikan. Jika orang-orang yang tidak pernah mendengar tentang Injil diselamatkan, ... kita perlu memastikan bahwa tidak ada seorangpun yang bisa mendengarkan Injil. Hal yang paling mengerikan yang dapat kita lakukan adalah membagikan Injil dengan seseorang dan kemudian orang itu menolaknya. Kalau itu terjadi, orang itu akan dihukum. Orang yang tidak mendengarkan Injillah yang seharusnya dihukum, karena kalau tidak, tidak akan ada motivasi untuk penginjilan. Mengapa mengambil resiko bahwa orang akan menolak Injil, dan sebagai akibatnya dihukum, kalau mereka sebelumnya selamat karena tidak pernah mendengar Injil?